Dating violence atau kekerasan dalam berpacaran : tindakan yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan fisik maupun psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi.
Hal klasik yang sering muncul dalam kasus kekerasan dalam pacaran adalah perasaan menyalahkan diri sendiri dan merasa “pantas” diperlakukan begitu.
Mengapa Laki-laki Menggunakan Kekerasan Terhadap Perempuan?
- Mereka belajar sikap dan tingkah laku tersebut dalam keluarga mereka sendiri.
- Mereka sangat meyakini bahwa kontrol dan kekuasaan ada pada laki-laki.
- Tidak mampu mengontrol diri, biasanya hanya sedikit orang yang menyadari akibat dari tindakan kekerasan tersebut.
Mengapa Perempuan Kelihatannya Menerima Kekerasan Dalam Pacaran?
- Mereka mengharapkan hubungan mereka berjalan dengan mulus, dan berharap pasangannya akan berubah pada akhirnya
- Mereka merasa takut atau kuatir bahwa pacar mereka akan menyakiti atau melakukan balas dendam.
- Mereka merasa bersalah atau malu.
- Mereka menganggap bahwa pasangan yang hanya sekali-sekali melakukan kekerasan lebih baik dibandingkan tidak memiliki pasangan sama sekali
- Mereka berpikir bahwa tindak kekerasan akan lenyap dengan sendirinya ketika mereka sudah menikah dan memiliki anak.
Hal Apa Saja Sih Yang Termasuk Kekerasan Dalam Pacaran?
- Pada saat seorang perempuan mengalami kekerasan fisik (physical abuse), contoh kecil ketika sepasang kekasih bertengkar karena ada masalah kecil atau rasa cemburu, terkadang dengan sangat enteng tangan(memukul, menjambak,menampar,mendorong) lelaki mendarat ke wajah perempuan. Dengan sifat lemahnya perempuan hanya bisa menangis melankonis dan mudah memaafkan mereka hanya karena rayuan gombal.
- Pada saat kita mengalami kekerasan emosional (emotional abuse) berupa cacian, makian, umpatan, hinaan, menjadikan kita bahan olok-olok dan tertawaan ataupun menyebut kita dengan julukan yang bikin sakit hati. Cemburu berlebihan, melarang, membatasi aktivitas kita, melarang kita berdandan, membatasi kita bergaul dengan siapa, larangan bertegur sapa atau ramah dengan orang lain serta memeras kepada kita.
Bentuk kekerasan ini banyak terjadi, namun tidak kelihatan dan jarang disadari, termasuk oleh korbannya sendiri. Pada intinya, kekerasan emosional ini akan menimbulkan perasaan tertekan, tidak bebas dan tidak nyaman pada korbannya. Dan perempuan sebagai korban pada saat itu hanya dapat memendam kekesalan dan menumpahkannya dengan menangis sendiri di kamar atau curhat pada sahabat.
Ketidakadilan dalam hal gender selama ini telah terpatri dalam kehidupan sehari-hari, bahwa seorang perempuan biasa dianggap sebagai makhluk yang lemah, penurut, pasif, mengutamakan kepentingan laki-laki dan lain sebagainya, sehingga dirasa sangat wajar menerima perlakuan yang tidak pantas atau semena-mena.
Seseorang yang pada dasarnya punya kebiasaan bersikap kasar pada pasangan, akan cenderung mengulangi lagi, karena hal ini sudah menjadi bagian kepribadiannya, dan itu biasanya memang sudah menjadi cara dia untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya perempuan sebagai korban hanya bisa berusaha mengobati luka hati yang biasanya menoreh dengan tajam dan membekas dalam kurun waktu yang panjang.
Dating violence / kekerasan dalam pacaran tidak hanya berupa kekerasan fisik seperti yang banyak orang ketaui, tetapi juga terdapat bentuk kekerasan psikis yang sangat sering dianggap remeh oleh kebanyakan orang . Kekerasan psikis sendiri berupa cacian, makian, umpatan, hinaan, membatasi pergulan passangannya dll. Bentuk kekerassan ini banyak terjadi, namun tidak kelihatan dan jarang disadari, termasuk oleh korbannya sendiri. Pada intinya, kekerasan emosional ini akan menimbulkan perasaan tertekan, tidak bebas dan tidak nyaman pada korbannya.